Puji syukur
senantiasa kita
panjatkan kehadhirat ilahi rabbi atas segala yang kita rasakan dan miliki saat
ini, dibulan rajab ini. Sejatinya kita memang senantiasa dalam penghayatan rasa
syukur yang dalam setiap tarikan nafas dan lintasan perasaan dan pikiran kita.
Karena apabila kita merasakan kesulitan pada hari ini, maka banyak diantara
manusia yang hidupnya lebih sulit dari kita saat ini dengan berbagai persoalan
yang membelit dan melilitnya. Apabila saat ini kita dalam kondisi miskin, maka
teramat banyak orang selain kita yang jauh lebih mengenaskan hidupnya. Apabila
saat ini kita dapat menghirup udara bebas dan hadir dimasjid ini dengan rasa
aman dan nyaman. Maka banyak diantara manusia yang sedang terpenjara bathin
bahkan raganya. Apabila saat ini kita masih bisa duduk, tegak berdiri dan
berjalan. Maka teramat banyak kita saksikan saudara saudara kita yang terbaring
lemahkarena penyakit yang sama sekali tidak ia inginkan kedatangannya.
Shalawat dan salam tak
lupa kita haturkan kepada junjungan kita Rasulullah SAW, marilah kita
berkhidmat dan memupuk kecintaan kepada beliau salah satunya dengan menyambut
datangnya bulan sya’ban, karna bulan ini adalah bulan Rasulullah SAW,
sebagaimana sabdanya “bulan ini adalah bulanku.siapa berpuasa satu hari pada
bulanku ini,syurga dalah miliknya”. Serta tak lupa khotib berwasiat kepada para
hadirin terkhusus kepada diri khotib sendiri untuk lebih meningkatkan keimanan
dan ketaqwaan kita kepada Allah SWT, karena saat ini adalah momen yang tepat
untuk kita saling mengingatkan, membangun kesadaran kita untuk lebih mengintrospeksi diri atas
segala dosa,kekurangan maupun kekeliruan.
Hadirin jama’ah jum’ah
rohimakumulloh
Berbicara
tentang menjaga iman, sangat erat kaitannya dengan menjaga mata dan hati,
karena mata adalah salah satu pintu masuknya dosa yang melemahkan iman, dan
hati adalah tempat bersemayamnya iman. Kita semua tentu menyadari betapa banyak
pribadi, keluarga, masyarakat, jamaah hingga bangsa dan negara yang tidak baik,
amat jauh perjalanan hidupnya dari ketentuan yang digariskan oleh Allah SWT,
bahkan mungkin bisa jadi kita termasuk kedalam orang yang seperti itu, dan
perlu diketahui baha semua itu berpangkal pada hati. Karena hati memiliki kedudukan yang sangat penting. Baik dan
buruknya seseorang sangat tergantung pada bagaimana keadaan hatinya, bila
hatinya baik, maka baiklah orang itu dan bila hatinya buruk, buruklah orang
itu. Rasulullah SAW bersabda:
أَلاَ إِنَّ فِى الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ
الْجَسَدُ كُلُّهُ وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ أَلاَ وَهِيَ
الْقَلْبُ
Ingatlah, di dalam tubuh manusia
terdapat segumpal daging. Apabila ia baik, baiklah seluruh anggota tubuhnya
dan apabila ia buruk, buruk pulalah seluruh anggota tubuhnya. Ingatlah, segumpal daging itu adalah hati (HR. Bukhari dan
Muslim).
Oleh karena itu hati harus kita
perlakukan dengan baik dalam kehidupan ini. Melalui khutbah jum’at ini akan kita bahas paling tidak lima hal yang harus kita
terapkan pada hati kita masing-masing. Pertama,
hati harus dibuka dan jangan sampai ditutup.
Karena yang menutup hati biasanya adalah orang-orang kafir,sehingga
peringatan dan petunjuk tidak bisa masuk ke dalam hatinya, Allah SWT berfirman:
إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُواْ سَوَاءٌ عَلَيْهِمْ أَأَنذَرْتَهُمْ
أَمْ لَمْ تُنذِرْهُمْ لاَ يُؤْمِنُونَ
خَتَمَ اللّهُ عَلَى
قُلُوبِهمْ وَعَلَى سَمْعِهِمْ وَعَلَى أَبْصَارِهِمْ غِشَاوَةٌ وَلَهُمْ عَذَابٌ
عظِيمٌ
Sesungguhnya
orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak kamu
beri peringatan, mereka tidak akan beriman. Allah telah mengunci-mati hati dan
pendengaran mereka, dan penglihatan mereka ditutup. Dan bagi mereka siksa yang
amat berat. (QS Al-Baqarah :6-7)
Itulah
sebabnya, ketika Umar bin Khaththab menutup hatinya dari petunjuk ia menjadi
kafir bahkan sangat membenci Rasulullah SAW hingga bermaksud membunuhnya, namun
ketika hati sudah dibuka dengan mudah petunjuk bisa masuk ke dalam hatinya yang
membuatnya tidak hanya beriman tapi amat mencintai Rasulullah SAW. Hal yang
amat berbahaya bila hati tertutup selain petunjuk dan nasihat tidak bisa masuk,
keburukan yang ada di dalam hati juga tidak bisa keluar sehingga meskipun kita
tahu bahwa itu buruk amat sulit bagi kita untuk mengeluarkan atau membuangnya.
Ibarat ruangan, bila kita buka pintu dan jendelanya, maka udara kotor bisa
keluar dan udara bersih bisa masuk sehingga akan kita rasakan kesegaran jiwa.
Berbagai bencana yang kita nilai dahsyat dalam kehidupan kita di dunia ini bisa
kita pahami sebagai bentuk upaya menggedor hati manusia agar mau membukanya dan
mengakui kebesaran Allah SWT, namun ternyata hati orang
yang tertutup rapat tetap saja tidak bisa
terbuka, dan mereka hanya mengatakan bahwa hal itu hanyalah sebagai fenomena alam.
Memperlakukan hati yang Kedua
adalah dibersihkan. Seperti halnya badan dan benda-benda, hati bisa
mengalami kekotoran, namun kotornya hati bukanlah karena debu, akan tetapi hati menjadi kotor bila dadalamnya ada sifat-sifat yang menunjukkan kesukaannya kepada hal-hal
yang bernilai dosa, padahal dosa itu seharusnya
dibenci. Oleh karena itu, bila dosa kita sukai apalagi sampai kita lakukan,
maka jalan terbaik adalah bertaubat sehingga ia menjadi bersih kembali,
Rasulullah SAW bersabda:
التاَّ ئِبُ مِنَ الذَنْبِ كَمَنْ لاَ ذَنْبَ لَهُ
Orang yang
bertaubat dari dosanya seperti orang yang tidak menyandang dosa (HR. Thabrani).
Hati yang bersih akan membuat
seseorang menjadi sangat sensitif terhadap dosa, karena dosa adalah kekotoran
yang membuat manusia menjadi hina, Allah SWT berfirman:
وَلاَ تُخْزِنِي يَوْمَ يُبْعَثُون
.
يَوْمَ لاَ يَنفَعُ مَالٌ وَلاَ
بَنُونَ. إِلاَّ
مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ
Dan
janganlah engkau hinakan aku pada hari mereka dibangkitkan, (yaitu) di hari
harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang yang menghadap Allah
dengan hati yang bersih (QS Asy-Syu’araa :87-88)
Jama’ah jum’ah
yang dimulyakan Allah
Cara yang Ketiga,
hati adalah harus dilembutkan. Karna kelembutan hati merupakan sesuatu
yang amat penting untuk dimiliki, hal ini karena dengan hati yang lembut,
hubungan dengan orang lain akan berlangsung dengan baik dan ia mudah menerima
nilai-nilai kebenaran. Kelembutan hati akan membuat kita memandang dan
menyikapi orang lain dengan sudut pandang kasih sayang sehingga bila ada orang
lain mengalami kesulitan hidup, ingin rasanya kita mengatasi persoalan
hidupnya, ketika kita melihat orang susah, ingin sekali membantu memudahkannya,
tegasnya kelembutan hati menjauhkan kita dari rasa benci kepada orang lain
meskipun ia orang yang tidak baik, karena kita pun ingin memperbaiki orang yang
belum baik.
Salah satu yang harus kita waspadai
yang menyebabkan hati menjadi keras sehingga kita menjadi semakin jauh dari
Allah SWT adalah berbicara yang tidak baik dan tidak benar, hal ini karena
ketika bicara kita demikian lalu ada orang lain menegur, meluruskan atau
menasihati, kita cenderung mempertahankan dan membela diri atas pembicaraan
kita yang tidak benar itu sehingga tanpa kita sadari kita pun memiliki hati
yang menjadi keras, Rasulullah SAW bersabda:
لاَ تُكْثِرُوا الْكَلاَمَ بِغَيْرِ ذِكْرِ اللهِ
,
فَإِنَّ كَثْرَةَ الْكَلاَمِ بِغَيْرِ
ذِكْرِ اللهِ تَعَالَى قَسْوَةٌ لِلْقَلْبِ
,
وَإِنَّ أَبْعَدَ النَّاسِ مِنَ اللهِ
الْقَلْبُ الْقَاسِى
Janganlah
kalian banyak berbicara yang bukan (dalam rangka) dzikir kepada Allah. Karena
banyak bicara yang bukan (dalam rangka) dzikir kepada Allah akan membuat hati
keras. Sementara manusia yang paling jauh dari Allah adalah yang hatinya keras
(HR. Tirmidzi).
Untuk bisa melembutkan hati, kita
bisa melakukannya dengan banyak cara, di antaranya dengan cara menyayangi anak yatim dan orang-orang miskin. Dalam satu
hadits disebutkan:
أنَّ رَجُلاً شَكَا إلَى رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قَسْوَةَ قَلْبِهِ فَقَالَ:
إِمْسَحْ رَأْسَ الْيَتِيْمِ وَ أَطْعِمِ الْمِسْكِيْنِ
Seorang lelaki pernah datang kepada
Rasulullah SAW seraya melaporkan kekerasan hatinya, maka beliau menasihatinya:
“Usaplah kepala anak yatim dan berilah makanan kepada orang miskin” (HR.
Ahmad).
Karena itu, amat disayangkan jika ada orang yang hatinya keras bagaikan batu sehingga sulit
untuk diberi nasihat dan peringatan sebagaimana yang terjadi pada Bani Israil
seperti yang disebutkan Allah SWT dalam firman-Nya:
ثُمَّ قَسَتْ قُلُوبُكُم مِّن بَعْدِ ذَلِكَ فَهِيَ
كَالْحِجَارَةِ أَوْ أَشَدُّ قَسْوَةً وَإِنَّ مِنَ الْحِجَارَةِ لَمَا
يَتَفَجَّرُ مِنْهُ الأَنْهَارُ وَإِنَّ مِنْهَا لَمَا يَشَّقَّقُ فَيَخْرُجُ
مِنْهُ الْمَاء وَإِنَّ مِنْهَا لَمَا يَهْبِطُ مِنْ خَشْيَةِ اللّهِ وَمَا اللّهُ
بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُونَ
Kemudian
setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi. Padahal
di antara batu-batu itu sungguh ada yang mengalir sungai-sungai daripadanya dan
di antaranya sungguh ada yang terbelah lalu keluarlah mata air daripadanya dan
di antaranya sungguh ada yang meluncur jatuh, karena takut kepada Allah. Dan
Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang kamu kerjakan. (QS Al-Baqarah :74).
Hadirin jamaah
jum’at rohimakumulloh
Cara yang Keempat, hati harus disehatkan. Jasmani yang sehat membuat
kita memiliki gairah dan semangat dalam menjalani kehidupan serta makanan yang lezat bisa kita nikmati. Namun bila jasmani
sakit maka tidak ada gairah dan semangat dalam hidup serta
makanan yang enakpun tidak ada keinginan untuk memakannya dan bila kita makan pun tidak kita rasakan
kelezatannya. Begitu pula halnya dengan hati, bila hati sakit kita tidak suka
pada kebaikan dan kebenaran. Padahal Islam merupakan agama yang nikmat,
namun bagi orang yang hatinya sakit tidak dirasakan kenikmatan menjalankan
ajaran Islam kecuali sekadar menggugurkan kewajiban. Hati yang sakit biasanya
dimiliki oleh orang munafik, mereka nyatakan beriman tapi sekadar di lisan, mereka
laksanakan kebaikan termasuk shalat tapi maksudnya adalah untuk
mendapatkan pujian orang, karena itu mereka tidak merasakan
nikmatnya beribadah dan berbuat baik. Allah SWT berfirman:
وَمِنَ النَّاسِ مَن يَقُولُ آمَنَّا بِاللّهِ وَبِالْيَوْمِ
الآخِرِ وَمَا هُم بِمُؤْمِنِينَ.
يُخَادِعُونَ اللّهَ
وَالَّذِينَ آمَنُوا وَمَا يَخْدَعُونَ إِلاَّ أَنفُسَهُم وَمَا يَشْعُرُونَ.
فِي قُلُوبِهِم مَّرَضٌ فَزَادَهُمُ اللّهُ مَرَضاً وَلَهُم
عَذَابٌ أَلِيمٌ بِمَا كَانُوا يَكْذِبُونَ
Di antara
manusia ada yang mengatakan: “Kami beriman kepada Allah dan Hari kemudian”,
padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman. Mereka hendak
menipu Allah dan orang-orang yang beriman, pada hal mereka hanya menipu dirinya
sendiri sedang mereka tidak sadar. Dalam hati mereka ada penyakit, lalu
ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih,disebabkan mereka
berdusta. (QS Al-Baqarah [2]:8-10)
Karena itu, orang munafik akan
mengalami penyesalan yang amat dalam disebabkan keburukan yang mereka
sembunyikan di dalam hatinya, Allah SWT berfirman:
فَتَرَى الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِم مَّرَضٌ يُسَارِعُونَ
فِيهِمْ يَقُولُونَ نَخْشَى أَن تُصِيبَنَا دَآئِرَةٌ فَعَسَى اللّهُ أَن يَأْتِيَ
بِالْفَتْحِ أَوْ أَمْرٍ مِّنْ عِندِهِ فَيُصْبِحُواْ عَلَى مَا أَسَرُّواْ فِي
أَنْفُسِهِمْ نَادِمِينَ
Maka kamu
akan melihat orang-orang yang ada penyakit dalam hatinya bersegera mendekati mereka (Yahudi dan Nasrani), seraya
berkata: “Kami takut akan mendapat bencana.” Mudah-mudahan Allah akan
mendatangkan kemenangan (kepada Rasul-Nya), atau sesuatu keputusan dari
sisi-Nya. Maka karena itu, mereka menjadi menyesal terhadap apa yang mereka rahasiakan dalam diri
mereka.” (QS Al-Maidah :52 )
Cara yang Kelima, hati harus ditajamkan.
Hati harus kita asah hingga menjadi seperti pisau yang tajam. Pisau yang
tajam akan mudah memotong dan membelah sesuatu. Bila hati kita tajam akan mudah
pula membedakan mana haq dan mana yang bathil, bahkan perintah pun tidak selalu
harus disampaikan dengan kalimat perintah, dengan bahasa isyarat saja sudah
cukup dipahami kalau hal itu merupakan perintah yang harus dilaksanakan. Nabi
Ibrahim dan Ismail as merupakan di antara contoh orang yang memiliki ketajaman
hati sehingga perintah Allah SWT untuk menyembelih Ismail cukup disampaikan
melalui mimpi dan Ismail menangkap hal itu sebagai perintah ketika Nabi Ibrahim
menceritakannya, padahal Nabi Ibrahim tidak menyatakan bahwa hal itu merupakan
perintah dari Allah SWT.
Untuk mendidik kita menjadi orang
yang memiliki ketajaman hati, puasa merupakan salah satu caranya, karenanya
pada waktu puasa, teguran orang lain kepada kita meskipun dengan bahasa isyarat
sudah menyadarkan akan kesalahan yang kita lakukan, hal ini membuat kita dengan mudah bisa menangkap dan membedakan
mana yang haq dan mana yang bathil, sesuatu yang selama ini semakin hilang dari
pribadi masyarakat kita sehingga yang haq ditinggalkan dan yang bathil malah
dikerjakan.
Dengan
demikian, menjadi amat penting bagi kita semua untuk memperlakukan hati dengan
sebaik-baiknya sehingga perbaikan diri, keluarga, masyarakat dan bangsa dapat
kita lakukan. Dan marilah kita sambut bulan kemulyaan yakni bulan sya’ban. Dan
mari kita siapkan kesiapan rohani dan kebersihan hati guna menyongsong bulan
suci ramadhan.
0 komentar:
Posting Komentar